Sejak ribuan tahun lalu sampai sekarang, beberapa aspek kebudayaan manusia tidak berubah. Satu di antaranya ialah kegemaran menonton balapan. Jika pada milenium ketiga ini, balap F1 dan MotoGP menjadi puncak tontonan pencandu kecepatan, maka pada masa Yunani kuno, puncak tontonan balap adalah adu cepat kereta perang (chariot) yang ditarik kuda.
Tradisi memperlombakan kereta perang dimulai sejak zaman Yunani pra-klasik atau sekitar hampir 1.000 tahun Sebelum Masehi. Adu kecepatan kereta perang terus dilakukan sampai masa kejatuhan Romawi atau sekitar abad kelima Masehi.
Film Ben-Hur produksi tahun 1959 menampilkan bagaimana balapan kereta perang dilakukan pada masa Romawi. Adegan adu cepat kereta perang dalam film yang disutradarai William Wyler itu diakhiri dengan kemenangan Judah Ben-Hur. Si tokoh utama yang diperankan Charlton Heston ini menang setelah lolos dari ancaman kematian selama balapan berlangsung.
Musuh bebuyutannya, Messala, kalah mengenaskan. Ia terinjak kereta, sekarat, dan mati. Padahal, kereta milik tokoh jahat itu memiliki bagian ujung as roda yang menonjol dan bergigi tajam. Fungsinya untuk menghancurkan roda kereta lawan. Sebelum terinjak kereta, Messala telah mencelakakan banyak peserta lain.
Untuk menjamin terbebasnya balapan modern dari kematian dan cedera parah, berbagai upaya dilakukan badan regulator lomba. Upaya tersebut ada yang bersifat memberi hukuman atau membuat pembalap jera. Misalnya, memberi penalti waktu kepada pembalap yang mengemudi dengan membahayakan.
Ada pula upaya yang bersifat pencegahan. Upaya ini dilakukan badan regulator antara lain dengan mengutak-atik peraturan mesin, ban, dan aerodinamika chasis. Tujuannya satu, membatasi kecepatan kendaraan.
Namun, di samping kedua aspek tersebut, aspek perlengkapan keselamatan (safety equipment) pembalap turut berperan penting menjamin sirkuit tidak berubah fungsi menjadi sebuah kamp konsentrasi ala Nazi.
Selain helm bersertifikat, perlengkapan keselamatan yang juga memegang peranan penting adalah baju balap. Ada perbedaan mendasar antara baju balap untuk balapan mobil dan baju balap untuk balapan motor.
Dalam ajang balapan mobil, peran utama baju balap adalah melindungi pemakai dari nyala api dan suhu panas akibat kebakaran. Hal ini berbeda dengan baju balap dalam ajang balapan motor. Baju balap yang dipakai Valentino Rossi memiliki fungsi utama meredam benturan akibat tabrakan atau kecelakaan.
Federasi Otomobil Internasional (FIA) mensyaratkan baju balap di setiap balapan mobil harus mampu membuat pemakainya sanggup bertahan 12 detik dalam kobaran api. Baju balap tidak cuma melindungi kulit dari nyala api, tetapi juga mengisolasi kulit dari panas yang menyengat saat kebakaran. Bahan utama baju balap terbuat dari bahan fiber Nomex. Bahan ini juga dipakai oleh astronot, pemadam kebakaran, dan pekerja di pengeboran minyak.
Pada ajang balapan motor, ketahanan terhadap nyala api bukan isu utama dalam pembuatan baju balap.
Keharusan mampu menahan benturan membuat baju balap diperkuat pada bagian siku, bahu, dengkul, dan bagian di bawah leher. Materi penguat bagian-bagian itu adalah plastik keras.
Penguat bagian bawah leher disebut hump karena wujudnya yang memang membuat pemakai seperti berpunuk. Tono dari perusahaan pembuat perlengkapan balap, Asep Hendro Racing Sport (AHRS), mengatakan, fungsi utama hump ialah menjaga kepala pembalap agar selalu berada lebih tinggi dari badannya saat meluncur kencang di sepanjang aspal atau gravel.
Meski mengutamakan ketahanan terhadap benturan, baju balap juga tetap dibuat tahan api. Tono yang menangani Divisi Merchandise AHRS mengatakan, khusus ajang MotoGP, lapisan tahan api meliputi seluruh bagian baju bagian dalam. �Harga satu baju balap MotoGP bisa mencapai Rp 30 juta lebih,� ujarnya.
Di luar ajang MotoGP, lapisan tahan api tidak disyaratkan meliputi seluruh bagian baju. Bagian yang biasanya dilapisi bahan tahan api ialah bagian lengan bawah dan bawah ketek. �Bagian-bagian itu menggunakan lapisan tahan api karena tidak dilapisi bahan kulit. Kalau bagian-bagian itu tetap memakai bahan kulit, pembalap akan merasa tidak nyaman,� ujar Tono.
Ada harga, ada rupa. Kalau baju balap MotoGP berharga hingga Rp 30 juta, maka baju balap produksi AHRS berkisar antara Rp 2-Rp 4 juta per setel. Kami bisa membuat baju standar MotoGP, namun nanti siapa pembelinya? ujar Tono. Produsen baju balap MotoGP antara lain Alpinestars.
Sejumlah kecelakaan yang menewaskan pembalap dan penonton tetap terjadi di era modern. Namun, kecelakaan sudah sedemikian jarang. Ketatnya peraturan keselamatan telah membuat balapan menjadi begitu aman.
Namun, keselamatan tak hanya ditentukan perlengkapan yang melekat di badan. Saat pembalap MotoGP Alex Baros selamat walau terjatuh dan meluncur kencang di garvel, misalnya, itu bukan sekadar buah kecanggihan baju balap atau helm. Secara tidak langsung, jiwa pembalap senior itu bisa selamat karena hal di luar perlengkapan keselamatan antara lain sirkuit